Follow Instagram Kami [=>] www.instagram.com/rinaldi1001101 [=]

Kamis, 25 September 2014

Cara NSA Sadap 50.000 Jaringan Komputer

TEMPO.CO, Jakarta - Dinas intelijen Amerika, NSA, menyebarkan malware yang menginfeksi lebih dari 50.000 jaringan komputer di seluruh dunia. Malware (malicious software) atau perangkat lunak berbahaya ini didesain untuk mencuri informasi.
_________________________________________________________________________________
Dokumen-dokumen dari Edward Snowden menyajikan itu, tulis surat kabar Belanda NRC hari ini. NRC mengaku melihat dokumen-dokumen yang disajikan oleh mantan pegawai NSA tersebut.(Baca:

Begini Peran Singapura dalam Penyadapan Australia

Begini Peran Singapura dalam Penyadapan Australia



 TEMPO.CO, Jakarta - Singapura disebut-sebut turut membantu penyadapan Australia di sejumlah negara di Asia. Dokumen Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat menunjukkan bahwa AS dan mitra intelijennya dalam lingkaran "Five Eyes"--Australia, AS, Inggris, Kanada, dan Selandia Baru--menyadap melalui kabel serat optik kecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia. Operasi intersepsi melibatkan kerja sama dengan pemerintah setempat dan perusahaan telekomunikasi atau melalui "operasi rahasia".

Menurut dokumen NSA, Singapura berperan membantu Australia mendapatkan akses untuk mencegat data melalui kabel bawah laut. Operasi intersepsi kabel bawah laut memungkinkan mereka untuk melacak "siapa pun, di mana pun, dan kapan pun" serta digambarkan sebagai "zaman keemasan" intelijen sinyal.

Dalam dokumen disebutkan Singapura--salah satu pusat telekomunikasi yang paling signifikan di dunia--adalah "pihak ketiga" yang bekerja dengan "Five Eyes" dan memegang kunci penting. Lembaga intelijen elektronik Australia, Defence Signals Directorate (DSD), memanfaatkan kabel SEA-ME-WE-3 yang melintas dari Jepang, melalui Singapura, Djibouti, Suez, dan Selat Gibraltar ke Jerman Utara.

Akses ke saluran telekomunikasi internasional utama ini difasilitasi oleh operator milik pemerintah Singapura, SingTel. Kerja sama ini menjadi elemen kunci dalam ekspansi intelijen dan hubungan pertahanan Australia-Singapura selama 15 tahun terakhir.
Saham mayoritas SingTel dimiliki oleh Temasek Holdings, lengan investasi pemerintah Singapura. Bukan rahasia lagi, tulis Sydney Morning Herald, SingTel memiliki hubungan dekat dengan Badan Intelijen Singapura. Pemerintah Singapura diwakili oleh Peter Ong, yang sebelumnya bertanggung jawab untuk keamanan nasional dan koordinator intelijen di kantor Perdana Menteri Singapura, untuk duduk di pucuk pimpinan perusahaan itu.

Ahli intelijen dari Australian National University, Profesor Des Ball, menggambarkan kemampuan intelijen sinyal Singapura sebagai "yang paling maju" di Asia Tenggara. Kerja sama dengan Australia pertama kali dikembangkan pada pertengahan 1970-an.

Indonesia dan Malaysia telah menjadi sasaran utama untuk kolaborasi intelijen Australia dan Singapura sejak 1970-an. Sebagian besar lalu lintas telekomunikasi dan Internet di Indonesia disalurkan melalui Singapura.

Menanggapi berita ini, baik Australia maupun Singapura sama-sama bungkam. "Sesuai kaidah yang telah lama kami lakukan, Departemen Pertahanan tak akan berkomentar terhadap apa pun terkait persoalan intelijen," kata seorang pejabat Departemen Pertahanan Australia menjawab pertanyaan Zdnet.

Sedangkan SingTel dan Kementerian Pertahanan Singapura (MINDEF) tak menjawab panggilan telepon maupun e-mail yang dikirim media itu untuk melakukan konfirmasi. 
__________________________________________________________________________________

Sebuah presentasi bertanggal pada 2012 menjelaskan bahwa NSA menggunakan Computer Network Exploitation (CNE) di lebih 50.000 lokasi. CNE adalah sistem infiltrasi komputer rahasia yang dibuat dengan meng-install malware, malicious software, kata NRC dalam edisi online-nya.
__________________________________________________________________________________

Satu contoh perentasan tipe serupa telah diungkap pada September 2013 di operator telekomunikasi Belgia, Belgacom. Dalam beberapa tahun dinas intelijen Inggris, GCHQ, telah meng-install malware sejenis di jaringan Belgacom dengan tujuan untuk menyadap lalu lintas data dan telepon pelanggan perusahaan itu.
__________________________________________________________________________________

Jaringan Belgacom telah disusupi oleh GCHQ melalui sebuah proses menggaet karyawan ke sebuah halaman LinkedIn.com palsu. Laporan NRC juga menyebut bahwa serangan-serangan komputer NSA dibuat oleh sebuah departemen khusus yang disebut TAO (Tailored Access Operations). (Baca: Kasus Penyadapan,

Indonesia Bisa Usir Dubes Australia


TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan  :

SBY Berkukuh Minta Penjelasan Abbott

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengetahui adanya pernyataan "penyesalan mendalam dan tulus" yang disampaikan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, ihwal isu penyadapan oleh intelijen Negeri Kanguru terhadap Indonesia.

Namun, menurut Julian, bukan pernyataan semacam itu yang diharapkan SBY, melainkan penjelasan resmi dari pemerintah Australia atas tindakan penyadapan oleh mata-mata Australia terhadap sejumlah pejabat Indonesia, termasuk komunikasi yang dilakukan SBY.

"Kami akan menunggu bagaimana respons atau tanggapan dari Perdana Menteri Australia Tony Abbott terhadap surat Presiden SBY yang sudah dikirimkan semalam," kata Julian di gedung Bina Graha, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 21 November 2013.

Setelah mengecam lewat akun Twitter dan menarik pulang Duta Besar Indonesia di Canberra, kemarin, SBY mengultimatum Tony. Di kantor Kepresidenan, Jakarta, SBY menyatakan menuntut penjelasan resmi mengapa pihak intelijen Australia menyadap percakapan teleponnya dan orang-orang dekatnya, termasuk istrinya, Kristiani Herawati. SBY pun mengirim surat kepada Abbott untuk menuntut penjelasan tersebut.

Dari Canberra, Abbott menyampaikan "penyesalan mendalam dan tulus" atas rasa malu yang dirasakan SBY. "Saya akan menanggapi surat Presiden (Indonesia) secepatnya, secara lengkap dan dengan sopan," kata Abbott di depan anggota Parlemen Australia, tak lama setelah keluarnya pernyataan SBY.

Skandal penyadapan ini terbuka ke publik setelah The Guardian dan kelompok Fairfax Media, Senin lalu, melansir berita bahwa Australian Signal Directorate menyadap percakapan telepon Yudhoyono dan orang dekatnya, setidaknya selama 15 hari pada Agustus 2009. Informasi ini didasari dokumen bocoran eks analis di Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden.
Semua akan bergantung pada sikap pemerintah Indonesia atau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut dia, Indonesia memiliki kekuatan hukum dalam mengusir duta besar Negeri Kanguru itu. “Sangat bisa Indonesia mengusir Duta Besar Australia. Apalagi, kalau dalam surat balasannya ke SBY, Abbott tidak meminta maaf,” kata Hikmawanto saat dihubungi Tempo, Senin, 25 November 2013.

Hikmawanto menjelaskan, kekuatan hukum itu sudah diatur pada Konvensi Wina tahun 1961 tentang hubungan diplomatik. Pada pasal 9 konvensi itu disebutkan bahwa negara penerima boleh setiap saat memberi tahu ke negara pengirim bahwa kepala misinya atau seorang anggota staf diplomatiknya adalah persona nongrata.

“Jadi Indonesia bisa mengusir duta besar Australia dari Indonesia,” kata dia lagi.  
__________________________________________________________________________________
Sumber-sumber publik menunjukkan bahwa departemen itu mempekerjakan lebih dari seribu peretas. Belum lama lalu pada Agustus 2013, Washington Post menyiarkan artikel mengenai operasi-operasi cyber NSA-TAO. (Baca :

Ahli ITB: SBY Harus Tiru Obama Sterilkan Ponselnya

 TEMPO.CO, Jakarta - Pakar teknologi informasi dari Institut Teknologi Bandung, Basuki Suhardiman, menyarankan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhati-hati saat berkomunikasi agar tidak mudah disadap negara lain. "Seharusnya Presiden memakai jalur komunikasi yang aman," ujarnya.

Basuki adalah doktor ITB yang pernah membantu pengamanan server Komisi Pemilihan Umum. Saat ini, dia aktif di Cyber Security Center di ITB.

Basuki mencontohkan, Barack Obama selama masa kampanye kepresidenan dikenal sangat suka berkomunikasi dengan BlackBerry. Namun, saat pertama kali dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada Januari 2009, ia harus menyerahkan perangkat komunikasi kesayangannya itu untuk disterilkan oleh Secret Service.

Di Indonesia, Basuki menyatakan tak yakin apakah pengamanan semacam itu bisa dilakukan. Yang ia tahu, hal itu tak mudah. Apalagi perangkat komunikasi yang digunakan oleh para pejabat negara umumnya buatan asing. "Biasanya ada security patch yang tidak kita tahu," ujarnya.

Belum lagi, Presiden SBY cukup dikenal gemar menggunakan gadget canggih dengan teknologi terkini. Selain ponsel, tablet keluaran Apple, iPad, juga kerap mendampinginya saat berpidato. "Ini membuat pengamanannya lebih sulit karena harus dipelajari dulu kalau barang baru," katanya.

Yang jelas, menurut Basuki, langkah yang dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring dengan memerintahkan pengamanan jaringan nomor telepon penyelenggara negara oleh para operator seluler sudah tepat. Sebab, pengamanan alat komunikasi hendaknya berlapis, tak hanya pada perangkat handset, melainkan juga operator yang digunakan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar